Apa yang gamer pikirkan ketika mendengar akronim “UFC”? UFC bukanlah pesaing franchise fried chicken yang sangat terkenal itu. Tetapi UFC adalah Ultimate Fighting Championship yang merupakan sebuah kompetisi tarung bebas profesional yang amat terkenal di Amerika. Well, mungkin kita belum terlalu familiar dengan UFC, namun THQ dengan baik hati memperkenalkannya pada kita dengan membawa pelatih pribadi dari dunia UFC ke ruangan kita, tentunya dengan dukungan motion gaming saat ini.
UFC Personal Trainer sebenarnya kurang tepat jika dikategorikan sebagai sebuah game murni, karena disini menitikberatkan pada latihan fisik yang mendekati real ketimbang unsur fun. Di awal game, UFC Personal Trainer akan menggali informasi tentang kondisi dan data fisik gamer seperti umur, berat, dan tinggi badan. Lalu gamer akan dibawa ke sebuah tes yang akan mengukur tingkat kebugaran tubuh dengan melakukan sit up, push up dan jumping jack dalam jangka waktu tertentu.
Setelah melakukan fitness test, menu utama akan muncul. Ada enam pilihan menu utama yaitu Workouts, Activites, Programs, Quick Workout, Multiplayer, dan Player Tracker. Workouts adalah yang kita biasa sebut dengan campaign dalam game kebanyakan. Disini gamer akan menjalani serangkaian latihan fisik yang tingkat kesulitannya akan meningkat secara bertahap. Versi Xbox 360 total ada kurang lebih 70 jenis latihan berbeda, jauh lebih banyak dari versi Wii atau PS3. Dalam Workouts maupun mode lain, gamer akan dibimbing oleh tiga karakter asli dari dunia UFC: Mark Dellagrotte, Greg Jackson, dan Javier Mendez.
Pilihan latihan yang banyak dan variatif akan menjauhkan gamer dari rasa bosan. Secara garis besar ada dua jenis latihan, yaitu latihan yang membutuhkan gamer untuk merebahkan diri, dan mengharuskan gamer untuk berdiri. Sit up, push up, dan latihan yang sejenis masuk dalam kategori pertama, sedangkan aktivitas meninju dan menendang sansak adalah latihan kategori dua.
Selain mode Workouts, dalam Programs gamer bisa dengan leluasa menentukan latihan untuk mengurangi berat badan, atau melatih anggota badan tertentu dengan limitasi waktu 30 dan 60 hari. Dalam Workouts maupun Programs, progress gamer akan bisa dilihat lewat Player’s Tracker yang menyediakan banyak grafik, statistik dan tabel yang merepresentasikan progress latihan gamer secara lengkap. Selain memusingkan, menyempatkan diri untuk membacanya cukup baik untuk memantau perkembangan latihan dari waktu ke waktu.
Secara garis besar memang simpel, game ini mengharuskan gamer untuk mengikuti gerakan yang dicontohkan atau diperintahkan oleh trainer. Sekilas tak ada yang salah bukan? Tapi coba kita lihat isu-isu teknis yang membuat game ini jauh dari kata memuaskan.
Versi PS3 dengan Move, apalagi hanya 1 controller Move, adalah yang terburuk. Ps Eye hanya akan menangkap gerakan dari Move, bukan gerakan tubuh secara keseluruhan. Jadi gamer harus menggenggam Move saat melakukan sit up, push up, dan latihan lainnya. Karena itu pula, THQ tak memberi variasi gerakan sebanyak Kinect.
Versi Xbox 360 jauh lebih baik ketimbang kompetitornya karena Kinect memang cocok jika disandingkan dengan game berjenis ini. Sama seperti interface pada PS3, pada bagian kanan bawah layar akan ada pad hexagonal dengan karakter manusia diatasnya yang menggambarkan gerakan tubuh gamer secara real. Posisi gamer harus senantiasa diatas pad tersebut.
Secara umum, Kinect mampu menangani apa yang dibutuhkan game ini, baik dari segi membaca gerakan maupun kontrol dengan suara. Masalah akan timbul ketika aktivitas latihan yang membutuhkan gamer untuk merebahkan diri. Kinect sering kali miss membaca gerakan karena gamer “hilang” dari pandangan. Well, kalau gamer punya ruangan yang luas, pastinya tidak masalah.
Kesalahan fatal pada game ini terletak pada kualitas voice acting sang trainer. Yang tertarik pada game ini, mungkin orang-orang yang tak ingin repot pergi ke gym dan menyewa pelatih pribadi hanya untuk mengolah tubuh secara interaktif dan terkontrol. Namun ketika memainkan UFC Personal Trainer selama beberapa waktu, hampir dipastikan runtuhlah sudah niat mengolah tubuh. Aspek sound tak hanya membuat tubuh gamer berkeringat, namun juga emosi gamer turut serta menjadi panas. Trainer yang harusnya memberi semangat, justru mengendurkan niat untuk latihan.
Voice actor nampaknya tak dibekali dengan variasi script yang banyak, jadi naskah yang diperdengarkan hanya itu-itu saja. Ketika gamer gagal melakukan gerakan berkali-kali, trainer akan mengucapkan kalimat yang sama berkali-kali pula. Ketika berhasil meraih pencapaian tertentu, trainer pun terkesan tak mengapresiasi jerih payah yang kita lakukan.
Grafik yang dihadirkan cukup standar. Interface menu sederhana dan terorganisir dengan baik. Setting tempat saat latihan dibuat menyerupai suasana gym asli yang minim permainan warna. Karakter trainer cukup smooth dalam mencontohkan gerakan, dipadu dengan detil kaos dan celana yang terlipat-lipat mengikuti gerak tubuh sang trainer. Namun ternyata di beberapa waktu, gerakan trainer terlihat repetitif bak seonggok cyborg. Harus diakui, tak banyak yang bisa diharapkan dari segi grafik untuk game jenis ini.
Untuk mode Multiplayer sendiri bukanlah sesuatu yang spesial. Jangan harap gamer bisa melakukan latihan bersama gamer lain dengan satu trainer layaknya senam di Minggu pagi. Inti mode Multiplayer adalah gamer hanya akan mengadu skor untuk jenis latihan yang dikehendaki.
Editor’s Tilt 4,5
Sebenarnya agak sulit menilai game ini secara keseluruhan. Versi Kinect jauh lebih superior dibanding konsol lainnya. Tidak ada masalah dari segi grafik maupun penggambaran menu latihan (Player’s Tracker). Namun game ini gagal membangun minat gamer untuk melakukan olah fisik secara terprogram karena masalah teknis utama yakni Sound. At least, game ini berhasil dalam satu hal: membuat kita berkeringat. Satu lagi, jangan harap gamer menemukan jurus-jurus maut ala pertarungan UFC, sebab disini fighting bukanlah intinya.
VGI Kontributor - DIMAS ARYO NUGROHO