Pages

Subscribe:

hit conter

Pages

Sabtu, 01 Oktober 2011

[Review] Black Rock Shooter: The Game

PSP : by : henzai kamiokande | 26/09/2011
Black Rock Shooter: The Game telah menimbulkan hype tersendiri sejak diumumkan keberadaannya. Animasi pembukaannya yang keren itu bisa jadi adalah salah satu yang terbaik, yang pernah dimunculkan untuk sebuah game PSP. Namun apakah hanya dengan tampilan animasi yang mengkilap saja sudah cukup jika membicarakan sebuah game?
BRS: The Game merupakan salah satu dari sekian banyak inkarnasi atas karakter bernama Black Rock Shooter (BRS). Di dalam game ini, BRS diperkenalkan sebagai sesosok klon yang berkekuatan super dan terbangun di masa depan yang penuh peperangan. Saat terbangun, dia memutuskan untuk menolong sekelompok orang yang berjuang demi melawan serangan alien yang menyerbu Bumi.
Di balik serangan itu, kelak bakal diketahui adanya sesosok lain yang berkekuatan super dan mirip dengan BRS, sebagai dalangnya. Gameplay dari BRS: The Game akan menempatkan kita sebagai BRS, yang bakal menghabisi para alien yang menyerang dalam berbagai misi. Rata-rata misi akan membuat kita berlari-lari antar area menuju objektif yang diberikan sembari menghadapi lawan.
Hal tersebut juga menjadi sarana bagi kita untuk menaikkan level dan mendapatkan skill serta gear untuk BRS. Sekuens battle pada RPG ini akan terjadi saat melakukan kontak dengan lawan dan membuat kita mesti menyasarkan target terlebih dulu ke mereka, selanjutnya barulah serangan bisa dilakukan dengan Rock Cannon.
Lawan bisa mendekati kita, baik bergerak dengan lambat mau pun cepat, atau hanya berputar-putar dan menembaki kita. Kebanyakan serangan yang dilakukan lawan bisa diperkirakan dengan mudah, sehingga membuat kita dapat mengelakkan atau mempertahankan diri tepat pada waktunya. Menarik untuk di awal, namun bakal terasa repetitif nantinya.
Btw, kita tak dapat sering-sering mengelak, mempertahankan diri, atau pun langsung menembak secara membabi buta ke lawan, karena bakal menaikkan Overheat Bar. Saat hal itu terjadi, maka kita hanya bisa menembakkan sedikit peluru ke arah lawan. Sementara jika akhirnya mendapatkan status Overheat, kita hanya bisa berdiam sembari menunggu hilangnya status tersebut.
Untuk alternatifnya, kita dapat menggunakan active skill dan item, yang tentunya tak bakal menaikkan Overheat Bar. Namun begitu, active skill memiliki semacam waktu cool-down tersendiri, sementara untuk item hanya tersedia dalam jumlah yang terbatas. Passive skill juga ada, hanya saja baru terbuka satu per satu sepanjang game, yang dapat diaktifkan sebelum memasuki battle.
Bergerak secara real-time, RPG ini cenderung mengedepankan sisi action sembari meminjam sedikit elemen dari game shooter. Membuat kita bakal sering mengelakkan diri dari serangan lawan. Sementara adanya fitur Overheat dalam battle membuat kita lebih memikirkan strategi untuk tak hanya menyerang dan menyerang terus, namun juga bertahan.

Lawan-lawan juga tak akan selalu berlaku sama. Makin dalam memainkan game ini, lawan yang dihadapi bakal semakin terasa menantang untuk dihadapi, terlebih dengan karakter boss. Namun begitu, tak diperlukan banyak-banyak menekan tombol saat menghadapi karakter boss, karena pada dasarnya simpel dan kita jarang mengalami kekalahan.
Setelah sebuah misi selesai akan dilanjutkan ke misi lainnya hingga sebuah stage selesai, terlepas dari kita ingin mengikuti jalan cerita atau sebuah side quest. Keseluruhan stage nantinya dapat kita akses lagi melalui misi-misi dalam Free Hunting. Perbedaan dengan stage-stage yang biasa adalah ditiadakannya save point sebelum kita melakukan boss battle.
Walau sebenarnya game berulang kali membuat kita kembali lagi ke mission menu untuk melanjutkan game kadang terasa membuat suntuk, hal tersebut memberikan semacam pilihan yang tepat untuk berada di sebuah handheld system. Yep, karena kita bisa memilih untuk menyudahi permainan dan melanjutkannya lagi di waktu yang kita mau. Pun jika kita ingin mengulangi misi itu.
Selain itu, game ini juga menawarkan gameplay lainnya, yang membuat BRS bisa menaiki sebuah sepeda motor nan badass demi membabati lawan-lawan yang berkeliaran di sepanjang jalan. Namun sebenarnya setelah dirasa-rasa, gameplay tersebut hanyalah sekedar tempelan saja. Sekuens battle dan kebanyakan ekplorasi yang dilakukan terasa tanggung, malah sempit.
Hal tersebut didukung besarnya area yang mesti dikelilingi dan kurangnya interaksi yang bisa kita lakukan dengan lingkungan in-game. Bagaimana dengan boss battle? Beberapa di antaranya memang bakal cukup menantang, namun jika dihitung-hitung malah lebih banyak yang terasa mudah untuk kita selesaikan.
Game ini kadang terasa mencoba mengeksplor gameplay, dari melarikan sepeda motor dengan lebih cepat sebelum mendapatkan serangan hingga menyelamatkan semacam target dalam waktu tertentu. Sayangnya, kebanyakan dari gameplay akan membuat kita hanya berjalan dari satu ke titik lain sembari menghabisi seluruh lawan yang ada.
Tampilan grafisnya cenderung standar. Hal yang cukup disayangkan bagi sebuah game dengan animasi pembukaan sebegitu mengkilap. Jadi terasa sepertinya sang pengembang tak terlalu berusaha keras untuk memberikan tampilan grafis in-game yang pantas.
Setidaknya ada poin positif dari tampilan grafis tersebut, waktu loading terhitung cepat. Mungkin kurang dari 3 detik yang dibutuhkan game ini untuk tiap kali melakukan loading. Beberapa cutscene memang dimunculkan, namun terasa kosong karena tak terlalu membeberkan detil cerita.
Anehnya, nanti kita mesti membukanya dengan kondisi tertentu. Tak seperti game lainnya, yang langsung memunculkan seluruh cutscene di gallery setelah kita menamatkannya. Apakah itu untuk menambah replay value? Berbicara tentang itu, game ini juga menambahkan beberapa misi lagi setelah kita berhasil menamatkannya, yang sebenarnya kurang memikat.
Berbicara untuk segmen musik, selain lagu yang mengiringi animasi pembukaan, musik-musik yang melatari sepanjang game lebih berkesan ‘retro,’ yang walau bagus dan cukup catchy namun sebenarnya kurang sesuai dengan karakter BRS. Sisi dubbing tak perlu dipertanyakan lagi karena direkruitnya banyak seiyuu ternama. Di antaranya terdapat Maaya Sakamoto dan Miyuki Nakajima.
Editor’s Tilt - 6,5
Segala kekurangan tadi bisa dimaklumi, karena BRS: The Game dirilis untuk sebuah handheld system, yang sifat dasarnya untuk dimainkan kapan saja dan umumnya dianggap berdurasi tak terlalu panjang. Kebanyakan penyuka RPG mungkin akan merasa bahwa game ini terlalu mudah. Pembelaan dan keberatan mungkin akan dikemukan oleh fans BRS, yang jamak untuk dimafhumi.
Terlebih dengan adanya bonus tersendiri yang pastinya cukup diburu dalam collector's edition atas game tersebut, yaitu sebuah figure rilisan terbatas dari Figma untuk karakter White Rock Shooter. Dikatakan juga bahwa game ini memiliki beberapa pilihan ending untuk ditemukan oleh gamer berdasar kondisi-kondisi tertentu.
Bisa dikatakan ImageEpoch berhasil menghadirkan sebuah RPG tradisional khas Jepang, namun tanpa membutuhkan banyak grinding atau pun berburu kenaikan level. Uniknya, sebagai sebuah RPG khas Jepang, game ini sangatlah singkat. Hanya membutuhkan waktu sekitar 12 jam untuk menyelesaikan keseluruhan game.
Sementara untuk tambahan misi sekaligus perpanjangan jalan cerita setelah sekali menamatkan game, yang dikatakan juga akan mengungkap ending sebenarnya, hanyalah berdurasi sekitar 5 hingga 10 jam. Jika merasa tertantang, dapatkanlah seluruh achievement, bukalah seluruh gallery item, dan habisilah karakter boss terakhir untuk mendapatkan penyelesaian secara 100%.
BRS: The Game bisa terlihat keren secara tampilan namun sayangnya tak begitu mumpuni sebagai game berkat singkatnya durasi permainan dan gameplay yang mudah. Untungnya, tak banyak yang menyulitkan dalam game ini jika berbicara mengenai kemampuan bahasa Jepang yang terbatas, karena objektif yang ada telah ditandai dengan jelas. (HKD)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar