Pages

Subscribe:

hit conter

Pages

Rabu, 21 September 2011

[Review] Resistance 3

PlayStation 3 : by : henzai kamiokande | 21/09/2011
Di tahun 2006 silam, PlayStation 3 mulai mengunjukkan dirinya ke pasar gaming sebagai penerus lini PlayStation dari Sony. Sebagai konsol baru tentunya bakal terasa melompong jika tidak ditemani oleh game-game launch title. Salah satu dari deretan game tersebut adalah Resistance: Fall of Man, yang terbilang cukup impresif di kala itu.
Dua tahun berselang setelahnya, sekuelnya pun dirilis dan mendapatkan review yang positif. Meski begitu, beberapa fans seri pertama merasakan bahwa sekuel tersebut malah seperti langkah mundur bagi franchise tersebut. Kini, seri ketiganya telah dirilis dan perbedaan yang terjadi di antara masing-masing seri mungkin makin terasa.
Impresi awalnya, tak terlalu mengesankan, utamanya sebelumnya campaign benar-benar dimulai. Namun setelah memainkannya selama beberapa jam, seri ketiga ini tetaplah sebuah game yang bagus. Desainnya menarik, kecepatan gameplay dan jalan ceritanya tertata dengan baik, dan penuh dengan representasi visual yang cakap.
Berbicara grafis, mungkin memang bakal menimbulkan perdebatan tersendiri. Namun untuk representasi visualnya terbilang cakap juga unik berkat kentalnya pewarnaan sephia. Proses pengembangan yang baik mampu memunculkan lingkungan in-game yang bagus, kreasi dan animasi dari berbagai lawan yang menarik, serta atmosfer yang terbangun secara efektif.
Yah, memang kita tak bakal melihat tingkat kedetilan yang ekstrim semacam Battlefield 3. Lha, seperti Killzone 3 saja sudah mampu mengalahkan game ini pada beberapa aspek grafisnya. Meski begitu, lingkungan in-game yang ditampilkan Insomniac Games mampu menajamkan fokus gamer hingga terus terkonsentrasi dalam memainkannya.
Efek visualnya juga cukup mantap, menjadikan petualangan yang dijalani terasa menggugah secara konsisten. Mungkin hanya saat mendaki tangga saja yang terasa ganjil dari sisi grafis. Untuk seksi suara, game ini terbilang berkelas. Soundtrack yang disajikan terasa cocok di tiap situasi, dan musik latarnya mampu membangun tensi dan ketegangan kita selama gameplay.
Dubbing untuk para karakternya pun terbilang baik. Beberapa efek suara senjata terasa begitu mengena. Masing-masing tembakannya terdengar unik sekaligus renyah di telinga, utamanya jika kondisi sedang genting dan membuat kita terlibat adu tembak yang sengit dengan lawan. Suara-suara yang muncul bak merobek speaker, in a good way.
Secara jujur, Resistance 3 masihlah sebuah FPS. FPS yang tradisional, tepatnya. Kita bakal menembak apa pun yang ada di hadapan, tanpa menggunakan semacam cover system, juga tanpa percampuran elemen apa pun yang beraroma RPG. Yep, tak ada sesuatu yang baru di dalam game ini. OK, rasa galau itu sudah menguap. Mau mengatakan apa pun, Resistance 3 tetaplah game bagus.
Apakah yang membuat game jadi bagus? Terasa enak saat dimainkan dan berimbang hingga kita ingin memainkannya secara terus-menerus. Kendalinya terasa pas. Bahkan, deteksi & mapping pergerakannya bisa jadi merupakan salah satu yang terbaik hingga kini. Senjata-senjata pun bisa di-upgrade. Pun berbagai jenis lawan bakal membuat kita tak merasakan kebosanan sepanjang game.
Bahkan jalan ceritanya pun memikat. Karakter-karakternya juga terasa hidup. Sedikit spoiler, Nathan Hale memang telah tiada. Namun sang jagoan dari seri-seri awal Resistance itu telah memberkahi manusia dengan peninggalannya. Darahnya yang sangat spesial telah dikembangkan menjadi sebuah vaksin yang mampu mencegah invasi lebih lanjut atas virus Chimera.

[Review] Deus Ex: Human Revolution

Xbox 360 / PlayStation 3 : by : LeeYunRain | 13/09/2011
Sebagai seorang private security specialist yang bekerja di perusahaan teknologi augmentation, Sarif Industries, kenyataan tampaknya tidaklah bersikap baik bagi Adam Jensen. Perusahaan yang mempekerjakannya diserang oleh sekelompok tak dikenal yang berujung dengan menewaskan banyak rekan ilmuwan termasuk kekasihnya sendiri, sementara ia tergeletak sekarat akibat perbuatan sang pimpinan penyerangan. Demi menyelamatkan nyawa Jensen, perusahaan pun memutuskan untuk mengoperasi dan mengganti bagian tubuhnya dengan teknologi augmentation yang sebenarnya tidak pernah ia harapkan. Akan tetapi, cepat atau lambat Jensen pun harus menerima kenyataan ini. Karena ia tentunya harus menemukan siapa dalang di balik penyerbuan Sarif Industries, sekaligus demi mengungkap konspirasi yang terjadi di dalamnya.
Itulah sedikit prolog untuk cerita dalam Deus Ex: Human Revolution. Meskipun terkesan simpel, cerita ini tidaklah sesederhana kedengarannya. Eidos Montreal terhitung berhasil dalam meramu aspek cerita menjadi lebih kompleks melalui rangkaian investigasi yang dilakukan Jensen di sepanjang game-nya. Inilah salah satu hal yang cukup mampu membuat gamers tetap merasa tertarik untuk menyelesaikannya, terlepas dari beberapa kekurangan yang memang masih bisa ditemukan.
Punya tampilan first-person saja tidaklah langsung dapat mengartikan game ini adalah sebuah game first-person shooter. Terlepas dari mekanisme FPS yang memang mempunyai porsi dalam game ini, Deus Ex: Human Revolution merupakan game yang mungkin dapat dikatakan sebagai first-person action. Gameplay ini tampil solid dengan dibentuk dari sejumlah elemen seperti investigation, stealth, combat, hacking, serta exploration yang bakalan banyak kalian lakukan di dalamnya. Meskipun elemen-elemen tersebut tidak dipungkiri memang mengingatkan dengan gameplay dari beberapa game lain, perpaduan ini untungnya bukanlah sesuatu yang buruk.
Layaknya beberapa western RPG dimana pilihan dialog berpengaruh dalam menentukan kelanjutan cerita, fitur investigasi dalam Human Revolution pun punya peranan serupa, dengan pilihan yang punya konsekuensi atas gaya permainan kalian dan punya pengaruh secara moral. Jadi, dialog disini tidak hanya menentukan kelanjutan sekuen yang bakal terjadi, namun juga dapat mempengaruhi apa yang harus Jensen lakukan selanjutnya. Di dalam suatu situasi, kalian bakal menemukan beberapa pilihan hal untuk dilakukan. Kalian bisa memilih untuk melakukan konfrontasi secara langsung atau melakukan stealth di luar pengawasan para penjaga, dengan pilihan eksplorasi rute aman yang juga bisa saja kalian temukan di sekitar.
Investigation tidak hanya dapat dilakukan dalam sejumlah bagian yang menentukan skenario, tapi juga pada setiap side-quest yang diberikan dimana keputusan yang kalian ambil pun bakal menentukan reward yang kalian peroleh. Karena game ini juga punya sentuhan free-roam di dalamnya, kalian dapat pula sesering mungkin melakukan eksplorasi di City Hub. Melakukan dialog dengan NPC yang tepat bisa saja memberikan side-quest dengan reward yang berarti. Reward berupa XP dan credit chips (uang) merupakan beberapa hal yang punya peranan penting dalam game ini. XP dan credit chips tersebut kalian perlukan untuk membeli sejumlah item dan melakukan upgrade terhadap augmentation Jensen (dengan menggunakan Praxis Points). Seperti beberapa game lain yang membatasi inventory slot di dalamnya, hal yang sama juga dapat kalian lihat kembali disini.
Augmentation merupakan fitur kunci bagi Jensen dalam menjalankan misinya. Jadi, kemampuan inipun harus selalu kalian perhatikan dan kembangkan dengan baik, karena pengembangan augmentation juga akan berpengaruh terhadap metode gameplay yang kalian lakukan. Dengan augmentation yang ditekankan pada hacking, secara mau tidak mau kalian tentu bakalan lebih mengandalkan kemampuan ini dalam melewati berbagai halangan (laser, surveillance camera, dan sebagainya) untuk bisa sampai pada objective yang dituju. Dan gameplay tersebut pun bisa saja menjadi berbeda lagi seiring dengan macam augmentation lain yang kalian tingkatkan seperti stealth, combat, atau exploration. Seperti yang sudah disinggung di atas, setiap objective memberi kalian kesempatan untuk memanfaatkan elemen-elemen ini secara dinamis dan bebas.
Akan tetapi, tidak selamanya kalian dapat hanya terus mengandalkan satu augmentation tertentu dalam menyelesaikan suatu misi. Kalian perlu mempertimbangkan pula metode lain yang lebih menguntungkan, dan ini merupakan salah satu tantangan dimana trial & error merupakan hal yang sering kalian alami. Disini juga kalian dapat menemukan learning curve yang membuat game ini berkesan lebih dari sekedar game action biasanya. Walau harus diakui bahwa bagian yang mampu membuat para gamer merasa frustasi di dalamnya memang tidaklah sedikit. Terlebih lagi, ketika game ini menempatkan kalian pada situasi buruk dimana kalian harus benar-benar mampu menciptakan solusi hanya bermodalkan apa yang kalian miliki pada saat itu. Misalnya, seperti saat boss battle yang menyisakan kalian dengan sejumlah keterbatasan (pemilihan augmentation yang salah, senjata yang kurang efisien dipergunakan). Yak, benar-benar cukup menguji kesabaran untuk tidak melempar controller kalian di waktu yang bersamaan.
Gameplay over graphics merupakan ungkapan yang cukup tepat untuk game ini. Gameplay yang solid dirasakan sebagai kompensasi yang dibayarkan penuh atas aspek grafis yang masih berkesan ketinggalan dibanding beberapa judul besar yang telah muncul tahun ini. Tampilan yang nampak kurang tajam dengan kesan grainy, lipsync yang tampak kurang sesuai, obyek model yang masih kelihatan kasar, dengan frame rate yang belum sepenuhnya stabil. Pergerakan kamera seringkali terlihat kurang mulus pada sejumlah cutscene atau momen tertentu. Beberapa kekurangan ini tentunya merupakan sesuatu yang cukup disayangkan, mengingat aspek visual yang sebenarnya cukup punya potensi untuk dimaksimalkan. Seperti halnya game-game keluaran Square Enix lainnya, Deus Ex: Human Revolution pun memiliki konsep secara artistik dengan desain karakter yang menarik dan juga punya kekhasan.
Sebagai game dengan cerita dan dramatisasi yang cukup intens, kualitas voice acting yang baik tentunya merupakan salah satu kualitas yang potensinya perlu dimanfaatkan. Dan game  inipun melakukannya dengan cukup baik terhadap sang jagoan, Adam Jensen, yang disuarakan dengan kekhasan oleh Elias Toufexis, seorang aktor yang suaranya juga sudah muncul berkali-kali di sejumlah judul game. Di samping itu, sejumlah efek suara yang dipergunakan pun terdengar cukup realistis dengan background music yang cukup menghidupkan atmosfer di dalamnya. Dengan begitu, soundtrack yang menjadi bonus dari “Augmented Edition” pun terkesan cukup menarik untuk didengarkan di luar game-nya sendiri.
Story Campaign dari game ini sendiri saja sudah cukup untuk memantapkan aspek longevity-nya. Satu cerita dengan multiple ending dan punya banyak hal untuk dieksplor di dalamnya. Dalam masing-masing levelnya saja kalian akan seringkali dihadapkan dengan beberapa kemungkinan cara penyelesaian yang dapat kalian ambil. Memilih salah satu di antaranya seringkali dirasa tidak cukup, yang bakal membuat kalian tertarik untuk mencobanya dengan cara lain. Lalu tidak ketinggalan halnya dengan beragam side-quest, augmentation untuk dikembangkan dan sejumlah hal kurang penting yang mungkin akan tetap menarik untuk dilengkapi bagi gamers perfeksionis. Mengembangkan Jensen dan mengeksplor berbagai pilihan di dalam gameplay adalah hal-hal yang cukup menghabiskan waktu kalian dengan game ini. Dengan segudang pilihan di dalamnya, replayability pun dapat dikatakan sebagai salah satu kekuatan dari Human Revolution.

Editor’s Tilt 8.9

Sekedar melihat dan langsung “menghakiminya” hanya dari grafis merupakan sesuatu yang jangan dilakukan terhadap Deus Ex: Human Revolution. Game ini bukanlah sesuatu yang dapat memukau kalian sepenuhnya dari aspek visual, namun telah menjalankan pekerjaan yang semestinya dilakukan dengan baik oleh tiap developer game, yaitu menjamu para gamer lewat kekuatan dari segi rancangan gameplay. Sebagai game action, game ini telah memadukan dengan cukup baik sejumlah kebebasan yang membuat kalian dapat menentukan sendiri preferensi gaya permainan yang disukai, entah apakah itu dengan mencari rute aman ala Solid Snake atau konfrontasi frontal cara Rambo.
Terlepas dari desain satu level ke level lain yang sebenarnya agak terkesan repetitif, rancangan yang membuka beberapa kemungkinan penyelesaian dan kelanjutan cerita cukup mengundang rasa penasaran adalah apa yang cukup mampu membuat gamers merasa kerasan dalam memainkannya, meski perlu diakui bahwa tingkat kesulitan merupakan salah satu masalah saya dengan game ini.
Overall, Deus Ex: Human Revolution adalah game yang tetap menarik untuk dicoba, terutama bagi kalian gamers yang lebih mementingkan gameplay daripada grafis. (LYR)