Mungkin  boleh kita katakan bahwa Epic Games telah merancang salah satu kesuksesan  terbesarnya ketika mereka memperkenalkan Gears  of War (Gears)  untuk kali  pertamanya pada hampir lima tahun lalu. Cliff Bleszinski  dan timnya berhasil  menciptakan sebuah game yang punya gameplay sangat playable (baik bagi hardcore maupun casual gamers) dengan grafis juara  kelas dan cerita kuat dalam setting bernuansa sci-fi  yang dibawakannya. Begitu mengesankan hingga judul ini tidak  diragukan  lagi telah dijadikan sebagai suatu standar baru untuk genre action/shooter semenjak saat itu. Dan hal tersebut pun berlanjut ketika Gears of War 2 (Gears 2) dirilis tahun 2008 lalu. Sekuel game ini kembali menjadi  alasan dari banyak orang untuk mempunyai sebuah Xbox 360 di rumah.
Sementara  banyak gamers memuji kebolehan Epic dalam menciptakan Gears  sebagai game dengan gameplay dan grafis yang punya kualitas  sebaik  ini, sambutan yang sama baiknya pun diterima oleh aspek penceritaan dan  karakterisasi  di dalamnya. Gears membawakan ceritanya  dari  sudut pandang jagoan seorang prajurit COG (Coalition of Order  Governments)  Marcus Fenix dan kesatuan Delta Squad-nya dalam peperangan  melawan makhluk  asing yang disebut Locust. Tema cerita sci-fi  yang sebenarnya sudah bukan tipikal baru, namun tetap mampu menjual  lewat eksplorasi  cerita yang digarap mendalam layaknya sebuah film box office,  yang turut didukung setting dan para karakter yang juga  merupakan daya  tarik. Disini Marcus bukanlah satu-satunya karakter yang  terkesan  hidup, sebagaimana rekan-rekannya yang juga kuat secara emosional di   dalam cerita.

Seusai ending yang menutup game keduanya,   tidak sedikit fans yang berharap banyak akan pengembangan selanjutnya  dari  serial yang diekspektasikan tuntas sebagai trilogi ini. Dan  harapan tersebut  pun direalisasikan dengan Gears of War 3 (Gears 3) tahun ini. Apakah sekuel  ini dapat melampaui standar yang telah dibuat oleh dua game terdahulu?
Karen  Traviss, seorang penulis cerita sci-fi yang juga penulis dari sejumlah versi novel adaptasi Gears,  mengambil alih tugas penceritaan yang sebelumnya diemban  Joshua Ortega  pada game keduanya. 18 bulan setelah perlawanan terhadap para Locust   yang di Jacinto, Marcus dan pasukan COG yang tersisa harus berhadapan  dengan  ancaman baru yang tidak lain adalah hasil mutasi para Locust  yang disebut Lambent.  Bukan sekedar mengenai perjuangan COG untuk tetap  bertahan hidup, sekuel kali ini  turut membawa cerita ke tingkatan yang  lebih pelik. Marcus harus mencari keberadaan  Adam Fenix, ilmuwan  sekaligus ayah kandungnya sendiri yang diyakini memegang  kunci untuk  mengakhiri konflik yang tengah terjadi.
Di  samping dari cerita yang tidak ingin banyak saya ceritakan, Gears 3 kembali menjamu para penggemar action dan genre third-person shooter  dengan berporos pada kekuatan gameplay yang  masih mengandalkan resep  sukses dari dua game sebelumnya. Kelanjutan ini untuk  sekali lagi  kembali menampilkan tembak-tembakan dari tampilan sudut pandang over-the-shoulder dengan mekanisme squad dan cover-based  yang saling menyokong sebagai kekuatan di dalam gameplay.  Sama secara  garis besar, namun berikut dengan sejumlah improvisasi yang dilakukan   untuk membuatnya lebih dari yang sudah ada.

Setelah  mendapatkan chainsaw duel dan meat shield sebagai dua di antara  sejumlah hal yang diperkenalkan Gears 2,  Gears 3 kembali melakukan beberapa peningkatan dari segi gameplay dengan:  Campaign co-op yang sekarang mendukung  hingga empat gamers (baik dengan AI atau gamers lain), karakter playable  yang bukan cuma Marcus atau Dom  (Anya!!), musuh-musuh dan senjata  baru, dengan sejumlah mekanisme yang  sebenarnya bernilai minor namun  tetaplah menarik untuk dilihat.
Peran  AI terhadap elemen squad-based pun  sukses membuat aksi gameplay lebih realistis untuk game ketiga ini. Musuh yang  cukup cerdas dan dinamis dalam melakukan flanking  pun mendapat perlawanan yang setara dari rekan-rekan setim yang memang  membantu  di kala menghadapi serangan musuh. Tambahan tiga rekan dalam  Campaign benar-benar  membuat aksi kali ini menjadi sesuatu yang lebih  dari duet Marcus dan Dom di Gears 2 dengan beberapa karakter playable  yang di antaranya dapat pula berganti  untuk dimainkan menurut alur  skenarionya. Lebihnya lagi, kali ini turut disertakan  mekanisme untuk  bertukar senjata dengan rekan setim di tengah pertempuran  sebagai salah  satu tambahan yang ditawarkan.

Para  Locust yang kembali bukanlah satu-satunya  ancaman yang perlu dikhawatirkan.  Mereka memang kembali, bahkan dengan  Kantus yang sekarang makin merepotkan  dengan upgrade berupa tambahan armor.  Akan tetapi, masalah lain yang  perlu diwaspadai gamers juga datang  dari para Lambent yang memegang porsi  banyak di akhir trilogi ini.  Lambent sebagai jenis musuh yang berbeda dari para  Locust turut  memberikan variasi tersendiri. Berbeda dengan Locust yang cenderung   melakukan spawning dari Emergence  Hole, sebagian Lambent kerap  datang dari apa yang disebut Lambent Stalk, yang  cara untuk  menghentikan produksinya adalah dengan menghancurkan bagian pod  makhluk tersebut. Selain berbagai  Lambent yang jenisnya bakalan banyak  ditemukan, ada pula Lambent Leviathan,  hasil mutasi dari Leviathan  yang dilihat dari segi ukurannya mungkin lebih  cocok jadi lawan Kratos  di God of War.
Dengan  musuh-musuh baru, persenjataan yang baru juga  telah dipersiapkan guna  melengkapi pilihan senjata yang sudah ada di  seri sebelumnya. Di antaranya  dapat kita lihat Retro Lancer yang  merupakan versi jadul dari Lancer Assault  dengan bayonet yang masih berupa  pisau, OneShot sebagai varian sniper  rifle  baru yang dapat menghabisi apapun dalam satu tembakan saja, Sawed-Off   Shotgun yang mematikan untuk jarak dekat, Cleaver yang tidak lain adalah  golok  raksasa yang biasa dibawa para Locust Butcher, dan Vulcan  Cannon, sejenis gatling gun yang cuma dapat digunakan  dengan bantuan dari orang kedua. Sejumlah pilihan senjata yang cukup menarik, ditambah  lagi dengan executioner move yang  baru untuk masing-masing senjata. Tidak hanya itu, Gears 3 juga menghadirkan fitur baru di dalam gameplay dengan memperkenalkan  Silverback dan Loader, dua jenis mecha yang ikut menambah unsur keren pada game ini.

Gears 3 kembali memperlihatkan kualitas   visual Unreal Engine 3 yang telah dipoles Epic sebagai Unreal Engine  3.5.  Seperti salah satu kekuatan dari kedua game pendahulunya, kualitas  grafis in-game-nya tetaplah merupakan sesuatu  yang memang  memukau. Desain yang keren, sinematisasi yang dramatis, efek-efek  yang  memberikan kesan sungguhan, efek gore yang digemari para pemain dewasa, obyek dan bagian environment yang mendetil, dengan visualisasi background  yang nampak bagus. Sejumlah hal yang kiranya mendapat  perhatian  berkecukupan dari tim pengembangnya. Meski begitu, agak disayangkan   kalau grafis game ini tidak luput dari sedikit nilai minus berupa bagian  dengan  tekstur kasar (bayangan, sebagai contohnya), kualitas wajah  Unreal yang tidak banyak  mengalami peningkatan, dan CG sequence  yang kurang halus apabila diperhatikan. Terlepas dari beberapa hal  minor grafis  semacam itu, kualitas grafis game ini secara keseluruhan  tetaplah merupakan  standar di kelasnya. Terlebih lagi berkat minimnya  masalah grafis yang dialami  secara teknis. Walau dengan efek-efek yang  seringkali terlihat memenuhi layar, Gears 3 tetap berjalan dengan mulus.

Untuk  segi suaranya, game ini kembali dengan membawa sejumlah hal yang sebelumnya  telah mengukuhkan kualitas aspek satu ini. Sound  effect yang tepat, voice acting  yang menghidupkan setiap karakternya, dan juga penggunaan musik-musik  tematis  yang sukses dalam membawakan atmosfer suasananya. Fans dapat  mendengar kembali suara  musik dan efek yang berkesan familiar, dengan  tidak meninggalkan pula sentuhan  humor yang sudah tidak asing dalam  bentuk celetukan para karakter.
Lebih  dari game sebelumnya, Gears 3 menampilkan Campaign yang lebih panjang dengan kisaran durasi sekitar 15 jam  untuk diselesaikan secara to-the-point,  yang artinya tidak dengan upaya melengkapi berbagai collectibles dan achievements  yang tentunya boleh saja kalian coba kumpulkan. Selain dari Campaign  standar  yang ditawarkan, ada pula Campaign secara Arcade yang dapat  dimainkan dengan  berbasis pada mekanisme skor. Asyiknya, kedua macam  Campaign ini sama-sama  dapat kalian mainkan secara multiplayer sampai  dengan empat pemain.

Di  luar dari kedua mode Campaign, sejumlah mode  multiplayer pun kembali dengan  membawa adanya beberapa hal baru yang  cukup menambahkan nilai lebih bagi aspek  ini untuk yang ketiga kalinya.  Game kali ini memperkenalkan Horde Mode yang  baru dan Beast Mode, mode  yang belum pernah dibawakan dalam kedua game  pertamanya. Dalam Horde  Mode yang baru, kalian akan berperang sebagai COG yang  dapat  mengumpulkan uang dari menghabisi para Locust. Uang ini pada nantinya   dapat dipergunakan untuk memasang jebakan, turret dan  semacamnya di sekitar markas yang terkesan agak memiliki sentuhan genre   RTS. Sedangkan pada Beast Mode, untuk pertama kalinya gamers dapat  memainkan  berbagai jenis Locust mulai dari Ticker, Savage Drone,  Kantus, Boomer, bahkan  hingga Berserker, yang pilihannya bakal terbuka  semakin banyak seiring dengan  uang yang terkumpul. Dua mode yang cukup  menambah variasi gameplay dan mungkin  jadi alternatif ketika Team  Deathmatch atau sejumlah mode competitive sudah mulai dirasa membosankan.

Untuk  memaksimalkan nilai aspek multiplayer-nya, Epic juga telah menyediakan dukungan  berupa dedicated server dan sistem host yang merupakan peningkatan dari Gears 2. Alhasil, pencarian game pun semakin  mudah dan lag  jadi semakin minim.  Dengan begini, multiplayer tentunya jadi lebih  mendukung untuk ditekuni.  Saatnya untuk giat meningkatkan level dan  membuka lebih banyak award, medals, rank, dan  berbagai unlockables.  Tetap  meneruskan apa yang telah dihidupkan dari sebelumnya, aspek  multiplayer kembali  menjadi alasan kuat bagi jutaan gamers yang  menggemari Gears, terlebih dengan kualitas multiplayer yang semakin  ditingkatkan dan patut diakui sebagai satu yang terbaik saat ini.
Mencari Brothers seperjuangan untuk merasakan  serunya berperang Gears 3? Kalian  bisa mulai bergabung dengan thread diskusi Gears 3 di forum Xbox VGI. Brothers to the end...
Editor’s Tilt 9,0
Mengulang  hal-hal yang sudah pernah dilakukan dari  sejumlah prekuel tentunya bukanlah  sesuatu yang salah untuk  diimplementasikan dalam sebuah sekuel. Gears of War 3  memasukkan kembali  berbagai kualitas aspek yang membuat kedua game  terdahulunya terasa begitu  berkesan, dengan melakukan sejumlah  improvisasi yang membuatnya semakin ideal  sebagai sekuel. Rancangan  gameplay dan multiplayer yang tetap pada pakemnya,  dengan penekanan  kelanjutan cerita dan penyertaan sejumlah hal baru yang  hukumnya wajib  dimiliki sebuah sekuel. Sementara para penggemar dapat menemukan   kembali segala nilai lebih yang membuat mereka jatuh cinta pada Gears, para pemain baru pun dapat merasakan sendiri untuk kali  pertamanya berbagai hal yang membuat Gears menjadi sebesar sekarang.

Sebagai  sesuatu yang dapat diharapkan dari akhir trilogi Gears of War, Gears 3  telah  membawakan penutupan ceritanya dengan cukup baik. Dengan  sentuhan yang lebih emosional  dan sejumlah dramatisasi cerita yang  mampu meninggalkan kesan tersendiri di  hati para penggemarnya, ending  kali  ini sepertinya memang bisa saja menjadi akhir untuk Marcus Fenix.  Namun, hal  tersebut rasanya bukanlah jaminan. Dengan setting Gears  yang masih menyisakan kemungkinan cerita lain yang cukup  potensial  untuk diangkat, tentu bukanlah hal mustahil bagi fans untuk melihat   perluasan atau pengembangan seri yang lebih lagi pada nantinya. Memang  bukan  tidak mungkin. Akan tetapi, kalian bisa simpan dulu spekulasi  tersebut untuk  nanti. Sekarang, saatnya kembali ke medan perang bersama  Brothers. Let’s finish  this... (LYR)



 
 
 Postingan
Postingan
 
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar