Xbox 360 : by : LeeYunRain | 28/09/2011
Mungkin boleh kita katakan bahwa Epic Games telah merancang salah satu kesuksesan terbesarnya ketika mereka memperkenalkan Gears of War (Gears) untuk kali pertamanya pada hampir lima tahun lalu. Cliff Bleszinski dan timnya berhasil menciptakan sebuah game yang punya gameplay sangat playable (baik bagi hardcore maupun casual gamers) dengan grafis juara kelas dan cerita kuat dalam setting bernuansa sci-fi yang dibawakannya. Begitu mengesankan hingga judul ini tidak diragukan lagi telah dijadikan sebagai suatu standar baru untuk genre action/shooter semenjak saat itu. Dan hal tersebut pun berlanjut ketika Gears of War 2 (Gears 2) dirilis tahun 2008 lalu. Sekuel game ini kembali menjadi alasan dari banyak orang untuk mempunyai sebuah Xbox 360 di rumah.
Sementara banyak gamers memuji kebolehan Epic dalam menciptakan Gears sebagai game dengan gameplay dan grafis yang punya kualitas sebaik ini, sambutan yang sama baiknya pun diterima oleh aspek penceritaan dan karakterisasi di dalamnya. Gears membawakan ceritanya dari sudut pandang jagoan seorang prajurit COG (Coalition of Order Governments) Marcus Fenix dan kesatuan Delta Squad-nya dalam peperangan melawan makhluk asing yang disebut Locust. Tema cerita sci-fi yang sebenarnya sudah bukan tipikal baru, namun tetap mampu menjual lewat eksplorasi cerita yang digarap mendalam layaknya sebuah film box office, yang turut didukung setting dan para karakter yang juga merupakan daya tarik. Disini Marcus bukanlah satu-satunya karakter yang terkesan hidup, sebagaimana rekan-rekannya yang juga kuat secara emosional di dalam cerita.
Seusai ending yang menutup game keduanya, tidak sedikit fans yang berharap banyak akan pengembangan selanjutnya dari serial yang diekspektasikan tuntas sebagai trilogi ini. Dan harapan tersebut pun direalisasikan dengan Gears of War 3 (Gears 3) tahun ini. Apakah sekuel ini dapat melampaui standar yang telah dibuat oleh dua game terdahulu?
Karen Traviss, seorang penulis cerita sci-fi yang juga penulis dari sejumlah versi novel adaptasi Gears, mengambil alih tugas penceritaan yang sebelumnya diemban Joshua Ortega pada game keduanya. 18 bulan setelah perlawanan terhadap para Locust yang di Jacinto, Marcus dan pasukan COG yang tersisa harus berhadapan dengan ancaman baru yang tidak lain adalah hasil mutasi para Locust yang disebut Lambent. Bukan sekedar mengenai perjuangan COG untuk tetap bertahan hidup, sekuel kali ini turut membawa cerita ke tingkatan yang lebih pelik. Marcus harus mencari keberadaan Adam Fenix, ilmuwan sekaligus ayah kandungnya sendiri yang diyakini memegang kunci untuk mengakhiri konflik yang tengah terjadi.
Di samping dari cerita yang tidak ingin banyak saya ceritakan, Gears 3 kembali menjamu para penggemar action dan genre third-person shooter dengan berporos pada kekuatan gameplay yang masih mengandalkan resep sukses dari dua game sebelumnya. Kelanjutan ini untuk sekali lagi kembali menampilkan tembak-tembakan dari tampilan sudut pandang over-the-shoulder dengan mekanisme squad dan cover-based yang saling menyokong sebagai kekuatan di dalam gameplay. Sama secara garis besar, namun berikut dengan sejumlah improvisasi yang dilakukan untuk membuatnya lebih dari yang sudah ada.
Setelah mendapatkan chainsaw duel dan meat shield sebagai dua di antara sejumlah hal yang diperkenalkan Gears 2, Gears 3 kembali melakukan beberapa peningkatan dari segi gameplay dengan: Campaign co-op yang sekarang mendukung hingga empat gamers (baik dengan AI atau gamers lain), karakter playable yang bukan cuma Marcus atau Dom (Anya!!), musuh-musuh dan senjata baru, dengan sejumlah mekanisme yang sebenarnya bernilai minor namun tetaplah menarik untuk dilihat.
Peran AI terhadap elemen squad-based pun sukses membuat aksi gameplay lebih realistis untuk game ketiga ini. Musuh yang cukup cerdas dan dinamis dalam melakukan flanking pun mendapat perlawanan yang setara dari rekan-rekan setim yang memang membantu di kala menghadapi serangan musuh. Tambahan tiga rekan dalam Campaign benar-benar membuat aksi kali ini menjadi sesuatu yang lebih dari duet Marcus dan Dom di Gears 2 dengan beberapa karakter playable yang di antaranya dapat pula berganti untuk dimainkan menurut alur skenarionya. Lebihnya lagi, kali ini turut disertakan mekanisme untuk bertukar senjata dengan rekan setim di tengah pertempuran sebagai salah satu tambahan yang ditawarkan.
Para Locust yang kembali bukanlah satu-satunya ancaman yang perlu dikhawatirkan. Mereka memang kembali, bahkan dengan Kantus yang sekarang makin merepotkan dengan upgrade berupa tambahan armor. Akan tetapi, masalah lain yang perlu diwaspadai gamers juga datang dari para Lambent yang memegang porsi banyak di akhir trilogi ini. Lambent sebagai jenis musuh yang berbeda dari para Locust turut memberikan variasi tersendiri. Berbeda dengan Locust yang cenderung melakukan spawning dari Emergence Hole, sebagian Lambent kerap datang dari apa yang disebut Lambent Stalk, yang cara untuk menghentikan produksinya adalah dengan menghancurkan bagian pod makhluk tersebut. Selain berbagai Lambent yang jenisnya bakalan banyak ditemukan, ada pula Lambent Leviathan, hasil mutasi dari Leviathan yang dilihat dari segi ukurannya mungkin lebih cocok jadi lawan Kratos di God of War.
Dengan musuh-musuh baru, persenjataan yang baru juga telah dipersiapkan guna melengkapi pilihan senjata yang sudah ada di seri sebelumnya. Di antaranya dapat kita lihat Retro Lancer yang merupakan versi jadul dari Lancer Assault dengan bayonet yang masih berupa pisau, OneShot sebagai varian sniper rifle baru yang dapat menghabisi apapun dalam satu tembakan saja, Sawed-Off Shotgun yang mematikan untuk jarak dekat, Cleaver yang tidak lain adalah golok raksasa yang biasa dibawa para Locust Butcher, dan Vulcan Cannon, sejenis gatling gun yang cuma dapat digunakan dengan bantuan dari orang kedua. Sejumlah pilihan senjata yang cukup menarik, ditambah lagi dengan executioner move yang baru untuk masing-masing senjata. Tidak hanya itu, Gears 3 juga menghadirkan fitur baru di dalam gameplay dengan memperkenalkan Silverback dan Loader, dua jenis mecha yang ikut menambah unsur keren pada game ini.
Gears 3 kembali memperlihatkan kualitas visual Unreal Engine 3 yang telah dipoles Epic sebagai Unreal Engine 3.5. Seperti salah satu kekuatan dari kedua game pendahulunya, kualitas grafis in-game-nya tetaplah merupakan sesuatu yang memang memukau. Desain yang keren, sinematisasi yang dramatis, efek-efek yang memberikan kesan sungguhan, efek gore yang digemari para pemain dewasa, obyek dan bagian environment yang mendetil, dengan visualisasi background yang nampak bagus. Sejumlah hal yang kiranya mendapat perhatian berkecukupan dari tim pengembangnya. Meski begitu, agak disayangkan kalau grafis game ini tidak luput dari sedikit nilai minus berupa bagian dengan tekstur kasar (bayangan, sebagai contohnya), kualitas wajah Unreal yang tidak banyak mengalami peningkatan, dan CG sequence yang kurang halus apabila diperhatikan. Terlepas dari beberapa hal minor grafis semacam itu, kualitas grafis game ini secara keseluruhan tetaplah merupakan standar di kelasnya. Terlebih lagi berkat minimnya masalah grafis yang dialami secara teknis. Walau dengan efek-efek yang seringkali terlihat memenuhi layar, Gears 3 tetap berjalan dengan mulus.
Untuk segi suaranya, game ini kembali dengan membawa sejumlah hal yang sebelumnya telah mengukuhkan kualitas aspek satu ini. Sound effect yang tepat, voice acting yang menghidupkan setiap karakternya, dan juga penggunaan musik-musik tematis yang sukses dalam membawakan atmosfer suasananya. Fans dapat mendengar kembali suara musik dan efek yang berkesan familiar, dengan tidak meninggalkan pula sentuhan humor yang sudah tidak asing dalam bentuk celetukan para karakter.
Lebih dari game sebelumnya, Gears 3 menampilkan Campaign yang lebih panjang dengan kisaran durasi sekitar 15 jam untuk diselesaikan secara to-the-point, yang artinya tidak dengan upaya melengkapi berbagai collectibles dan achievements yang tentunya boleh saja kalian coba kumpulkan. Selain dari Campaign standar yang ditawarkan, ada pula Campaign secara Arcade yang dapat dimainkan dengan berbasis pada mekanisme skor. Asyiknya, kedua macam Campaign ini sama-sama dapat kalian mainkan secara multiplayer sampai dengan empat pemain.
Di luar dari kedua mode Campaign, sejumlah mode multiplayer pun kembali dengan membawa adanya beberapa hal baru yang cukup menambahkan nilai lebih bagi aspek ini untuk yang ketiga kalinya. Game kali ini memperkenalkan Horde Mode yang baru dan Beast Mode, mode yang belum pernah dibawakan dalam kedua game pertamanya. Dalam Horde Mode yang baru, kalian akan berperang sebagai COG yang dapat mengumpulkan uang dari menghabisi para Locust. Uang ini pada nantinya dapat dipergunakan untuk memasang jebakan, turret dan semacamnya di sekitar markas yang terkesan agak memiliki sentuhan genre RTS. Sedangkan pada Beast Mode, untuk pertama kalinya gamers dapat memainkan berbagai jenis Locust mulai dari Ticker, Savage Drone, Kantus, Boomer, bahkan hingga Berserker, yang pilihannya bakal terbuka semakin banyak seiring dengan uang yang terkumpul. Dua mode yang cukup menambah variasi gameplay dan mungkin jadi alternatif ketika Team Deathmatch atau sejumlah mode competitive sudah mulai dirasa membosankan.
Untuk memaksimalkan nilai aspek multiplayer-nya, Epic juga telah menyediakan dukungan berupa dedicated server dan sistem host yang merupakan peningkatan dari Gears 2. Alhasil, pencarian game pun semakin mudah dan lag jadi semakin minim. Dengan begini, multiplayer tentunya jadi lebih mendukung untuk ditekuni. Saatnya untuk giat meningkatkan level dan membuka lebih banyak award, medals, rank, dan berbagai unlockables. Tetap meneruskan apa yang telah dihidupkan dari sebelumnya, aspek multiplayer kembali menjadi alasan kuat bagi jutaan gamers yang menggemari Gears, terlebih dengan kualitas multiplayer yang semakin ditingkatkan dan patut diakui sebagai satu yang terbaik saat ini.
Mencari Brothers seperjuangan untuk merasakan serunya berperang Gears 3? Kalian bisa mulai bergabung dengan thread diskusi Gears 3 di forum Xbox VGI. Brothers to the end...
Editor’s Tilt 9,0
Mengulang hal-hal yang sudah pernah dilakukan dari sejumlah prekuel tentunya bukanlah sesuatu yang salah untuk diimplementasikan dalam sebuah sekuel. Gears of War 3 memasukkan kembali berbagai kualitas aspek yang membuat kedua game terdahulunya terasa begitu berkesan, dengan melakukan sejumlah improvisasi yang membuatnya semakin ideal sebagai sekuel. Rancangan gameplay dan multiplayer yang tetap pada pakemnya, dengan penekanan kelanjutan cerita dan penyertaan sejumlah hal baru yang hukumnya wajib dimiliki sebuah sekuel. Sementara para penggemar dapat menemukan kembali segala nilai lebih yang membuat mereka jatuh cinta pada Gears, para pemain baru pun dapat merasakan sendiri untuk kali pertamanya berbagai hal yang membuat Gears menjadi sebesar sekarang.
Sebagai sesuatu yang dapat diharapkan dari akhir trilogi Gears of War, Gears 3 telah membawakan penutupan ceritanya dengan cukup baik. Dengan sentuhan yang lebih emosional dan sejumlah dramatisasi cerita yang mampu meninggalkan kesan tersendiri di hati para penggemarnya, ending kali ini sepertinya memang bisa saja menjadi akhir untuk Marcus Fenix. Namun, hal tersebut rasanya bukanlah jaminan. Dengan setting Gears yang masih menyisakan kemungkinan cerita lain yang cukup potensial untuk diangkat, tentu bukanlah hal mustahil bagi fans untuk melihat perluasan atau pengembangan seri yang lebih lagi pada nantinya. Memang bukan tidak mungkin. Akan tetapi, kalian bisa simpan dulu spekulasi tersebut untuk nanti. Sekarang, saatnya kembali ke medan perang bersama Brothers. Let’s finish this... (LYR)